English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

29 Des 2012

Oncom sebagai Contoh Hasil Bioteknologi

mak

Oleh : M. Akhsanil Auladi XII IPA3

A.    Pengertian Oncom

Oncom adalah makanan asal Indonesia yang terutama populer di Jawa Barat. Makanan ini adalah produk fermentasi yang dilakukan oleh beberapa jenis kapang, mirip dengan pengolahan terhadap tempe. Perbedaaannya adalah bahwa pada oncom hasil olahan dinyatakan siap diperdagangkan setelah kapang menghasilkan spora, sementara pada tempe hasil olahan diperdagangkan sebelum kapang menghasilkan spora (baru dalam tahap hifa).
Ada dua jenis utama oncom: oncom merah dan oncom hitam. Oncom merah didegradasi oleh kapang oncom Neurospora sitophila atau N. intermedia sedangkan oncom hitam didegradasi oleh kapang tempe Rhizopus oligosporus dan atau jenis-jenis Mucor.
Oncom adalah satu-satunya bahan makanan manusia yang diolah dengan melibatkan jenis Neurospora.

B.    Proses Pembuatan Oncom

Oncom merah umumnya dibuat dari bungkil tahu, yaitu kedelai yang telah diambil proteinnya dalam pembuatan tahu, sedangkan oncom hitam umumnya dibuat dari bungkil kacang tanah yang kadangkala dicampur ampas (onggok) singkong atau tepung singkong (tapioka), agar mempunyai tekstur yang lebih baik dan lebih lunak. Bungkil kacang tanah adalah ampas yang berasal dari kacang tanah yang telah diambil minyaknya dengan proses pemerasan mekanis atau proses ekstraksi. Walaupun kedua bahan substrat tersebut berupa limbah, kandungan gizinya sesungguhnya masih cukup tinggi untuk dapat dimanfaatkan manusia.
Kapang oncom mengeluarkan enzim amilase, lipase dan protease yang aktif selama proses fermentasi dan memegang peranan penting dalam penguraian pati menjadi gula, penguraian bahan-bahan dinding sel kacang, penguraian lemak, serta pembentukan sedikit alkohol dan berbagai ester yang memunculkan aroma sedap dan harum. Protein juga terdegradasi namun tidak penuh dan berakibat meningkatnya daya cerna.
Untuk pembuatan oncom dari bungkil kacang tanah, pertama-tama direndam dalam air bersih selama 3-4 jam, setelah itu ditiriskan, diayak, dan kemudian dicampur dengan tepung tapioka. Selanjutnya, campuran ini dikukus. Setelah masak, adonan diratakan di atas tatakan dari bambu, dan ditaburi dengan ragi setelah dingin. Inkubasi dilakukan setelah ditutup dengan daun pisang bersih dalam suhu ruang yang hangat (25-30 °C ) dan kelembaban tinggi, selama 2 sampai 3 hari.

C.    Nilai dan mutu gizi

Oncom memiliki kandungan gizi yang relatif baik dan dapat menjadi sumber alternatif asupan gizi yang baik karena harganya murah. Kandungan karbohidrat dan protein tercerna cukup tinggi pada oncom dari bungkil kacang tanah. Selain itu, populasi kapang diketahui dapat menekan produksi aflatoksin dari Aspergillus flavus yang telah mencemari substrat (bungkil). Degradasi yang dilakukan oleh kapang menyebabkan beberapa oligosakarida sederhana seperti sukrosa, rafinosa, dan stakhiosa menurun pesat kandungannya akibat aktivitas enzim α-galaktosidase yang dihasilkan kapang (terutama N. sitophila).[4] Hal ini baik bagi pencernaan karena rafinosa dan stakhiosa bertanggung jawab atas gejala flatulensi yang dapat muncul bila orang mengonsumsi biji kedelai atau kacang tanah.
Hal yang perlu disempurnakan agar daya terima masyarakat meningkat terhadap oncom adalah yang menyangkut penampilan, bentuk, serta warnanya. Untuk lebih meningkatkan daya terima oncom di masyarakat luas, perlu diperhatikan masalah sanitasi bahan baku, peralatan pengolah, dan lingkungan, serta kebersihan pekerja yang menangani proses pengolahan.
Dalam kaitan dengan aflatoksin, penggunaan kapang N. sitophila dalam proses fermentasi bungkil kacang tanah dapat mengurangi kandungan aflatoksin sebesar 50 persen, sedangkan penggunaan kapang Rh. oligosporus dapat mengurangi aflatoksin bungkil sebesar 60 persen. Aflatoksin dihasilkan pada kacang-kacangan dan biji-bijian yang sudah jelek mutunya. Untuk mencegah terbentuknya aflatoksin, sangat dianjurkan menggunakan bahan baku yang bermutu baik.

D.    Pengolahan oncom

Oncom jarang sekali dimakan mentah. Pengolahan yang paling populer adalah digoreng kering seperti tempe. Oncom dapat pula menjadi campuran sambal (disebut sambal oncom). Pengolahan populer yang menggunakan sambal oncom sebagai pengisi adalah comro ("oncom dijero"), penganan khas Pasundan. Oncom juga menjadi bahan campuran pada laksa dan makanan berkuah lainnya.
Oncom dianggap masih kurang termanfaatkan meskipun berpotensi besar sebagai pemasok proteintempe. bagi kalangan menengah ke bawah karena harganya yang lebih rendah daripada

Penemuan Fosil Manusia sebagai Bukti Evolusi


Ordo primata memiliki 2 subkelompok yaitu prosimian dan anthropoid. Prosimian adalah kelompok primata sebelum kera misalnya lemur, loris, tarsius. Antropoid adalah kelompok primate termasuk kera dan monyet , aves, dan manusia yang rata – rata memiliki otak yang lebih besar.
Ciri – ciri prosimian adalah ibu jari dapat digerakkan kesegala arah, jari memiliki kuku, dan mata mengarah kedepan. Prosmian mulai punah pada zaman eosin.
Evolusi hominid ( cikal bakal manusia ) dimuali diafrika. Hominid awal termasuk genus Australopithecus, diperkirakan muncul 3,8 juta tahun lalu.
Sejarah penemuan fosil hominid dapat diterangkan sebagai berikut:
1.     Australophitecus afarensis (Lucy)
Ditemukan di Euthopia pada tahun 1974 leh johanson merupakan hominid berukuran kecil , ciri – cirinya sebagai berikut:
a.     Tingi kira – kira 3 kaki (1,5 m)
b.     Wajahnya mengarah kemuka, tulang tengkorak seperti kera, dan volume otak kecil yaitu , 450 – 500 cc.
c.     Gigi masih primitif dan memiliki 2 gigi taring yang panjang.
Diperkirakan A. afarensis ini belum bisa bicara, belum bisa membuat peralatan dan belum menggunakan api. Beberapa ilmuwan memperkirakan A. afarensis berkembang menjadi austrolopithecus yang lebih maju yaitu A. africanus.
2.    Australophitecus africanus
Ditemukan di afrika selatan pada tahun 1829 oleh Raymond Dart.
Ciri – cirinya sebagai berikut:
a.     Ukuran tubuh agak kecil
b.     Berjalan tegak
c.     Tangan dan susunan gigi berbeda dengan manusia
d.     Memakan tumbuhan dan hewan
3.     Homo Habilis
Ditemukan disejumlah daerah diafrika. Homo habilisdiperkirakan muncul kira – kira 1,9 juta dan bertahan lebih dari setengah juta tahun. Ciri – cirinya sebagai berikut:
a.     Volume otak rata – rata 650 cc.
b.     Sudah dapat membuat peralatan dari batuuntuk memotong dan menumbuk.
Dilihat dari ciri – ciri fisiknya , dikatakan bahwa H. Habilis berasal dari A. Africanus.

4.     Homo Erectus
Ditemukan di Afrika, Asia dan Eropa, namun sebenarnya H. Erectus ini berasal dari afrika yang kemudian ada yang bermigrasi ke eropa dan asia. Hal ini disebabkan oleh suatu bukti ditemukannya fosil A.Erectus di afrika yang tertua yang berusia 1,5 dan 1,6 juta tahun. Sedangkan fosil A.Erectus yang ditemukan di asia dan eropa berusia 200.000 tahun lalu.
Ciri – ciri H. Erectus adalah sebagai berikut:
a.         Volume otak 850 – 1200 cm3.
b.         Ukuran tubuh lebih tinggi dari H. Habilis
c.         Berjalan dengan 2 kaki (bipedal)
d.         Berdiri tegak
e.         Lubang mata dalam dan muka menonjo keluar
f.          Sudah dapat membuat peralatan dari batu yang lebih maju
g.     Sudah memakai baju, membuat api, dan membuat pondok ataupun hidup digua – gua.
5.     Homo Sapiens
Ditemukan dilembah Neander jerman. Fosil H. Sapiens tersebut disebut manusia Neanderthal. Manusia Neanderthal termasuk slah satu kelompok H. sapiens yang tertua. Kelompok ini juga menyebar keseluruh Eurasia.
Ciri – cirinya sebagai berikut:
a.     Bentuk tubuh pendek dan kuat
b.     Volume otak sedikit lebih besar dari pada H. sapiens
c.     Wajahnya menonjol
Manusia neandethal ini sudah mampu membuat peralatan dengan lebih sempurna disbanding H.Erectus. cara mencari makan adalah dengan berburu. Mereka sudah memiliki hubungan social yang tinggi dan melakukan upacara ritual atau kepercayaan.
Punahnya manusia neandethal masih menjadi misteri. Ada ilmuwan yang menduga bahwa mereka punah karena gagal berkompetisi atau karena gagal menghadapi perubahan iklim pada zaman pleistosen.
6.     Homo Sapiens Modern
Homo sapiens dengan bentuk tubuh modern muncul kira – kira 40.000 tahun lalu dan mungkin juga lebih awal.
Homo sapiens modern diduga pernah hidup di prancis dan spanyol, dan disebut manusia Cro-Magnon. Senjata dan peralatan manusia Cro-Magnon lebih rumit dan kadang dibuat dari bahan selain batu, misalnya tulang, gading dan kayu. Mereka juga mulai mengembangkan seni terbukti dengan ditemukannya lukisan – lukisan di gua, seni patung dan seni pahat.

Penemuan Berbagai Fosil Kuda sebagai Bukti Adanya Evolusi


Evolusi pada kuda merupakan suatu contoh klasik evolusi morfologi. Kuda termasuk ke dalam ordo yang dikenal sebagai Perissodactyla, atau "hewan berkuku ganjil", yang semua anggotanya memiliki kaki berkuku serta jumlah jari yang ganjil pada tiap kakinya, selain juga bibir atas yang mudah bergerak dan struktur gigi yang serupa.


Hyracotherium (Eohippus)

Fosil kuda tertua yang dikenal yakni Hyracotherium (Eohippus). Fosil hyracotherium yang ditemukan di Eropa pada abad ke-18, oleh Richard Owen yang diberi nama dengan Hyracoterium yang berarti “binatang seperti hyrax”. Hyracotherium telah ada sekitar 52 juta tahun lalu dan telah tinggal di benua Amerika Utara. Hewan ini berukuran sebesar kancil atau anjing dan tingginya hanya sekitar 30 cm. Memiliki kepala dan leher dan tulang belakang lengkungan berbentuk tangguh yang relatif singkat. Diperkirakan kuda primitif ini memakan semak belukar apabila ditinjau dari struktur giginya. Giginya yang berjumlah 22. Kaki depannya terdiri dari empat jari dan satu rudimen, sedangkan kaki belakangnya mempunyai tiga jari dan dua jari rudimen. Hyracotherium juga memiliki otak kecil, ada juga lobus frontal kecil. Beberapa dari tulang kaki tidak stabil dan tidak memiliki fleksibilitas.

Mesohippus

Pada Zaman Oligosen sekitar 40 juta tahun silam, Hyracotherium mengalami kepunahan. Akan tetapi, mamalia ini telah menurunkan keturunannya yang dinamakan Mesohippus. Mesohippus berukuran lebih besar daripada Hyracotherium. Struktur tubuh Mesohippus menunjukkan bahwa hewan ini telah beradaptasi dengan sangat baik untuk hidup di padang rumput, hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah jari pada setiap kaki Mesohippus menjadi tiga jari di setiap kakinya. Jari tengahnya juga lebih besar daripada jari-jari lainnya. Selain itu, hewan ini juga memiliki kaki yang lebih kuat dan lincah dibandingkan dengan Hyracotherium. Hewan ini memiliki leher yang agak panjang. Pada mulutnya, ditemukan beberapa gigi pra-geraham yang hampir berkembang menjadi gigi geraham. Gigi seperti ini tentu akan meningkatkan kemampuannya untuk mengunyah makanan.

Miohippus

Masih pada zaman Oligosen, Miohippus (berarti "kuda kecil") adalah genus kuda prasejarah. Miohippus tinggal di Amerika Utara selama zaman Oligosen. Miohippus hidup pada zaman Oligosen. Miohippus lebih besar dari Mesohippus dan memiliki tengkorak yang sedikit lebih panjang. Fosa wajah nya adalah lebih dalam dan lebih diperluas, dan sendi pergelangan kaki agak berbeda. Miohippus juga memiliki puncak ekstra variabel pada geraham atasnya, yang memberikan area permukaan yang lebih besar untuk mengunyah makanan ternak yang lebih ketat. 


Merychippus

Pada pertengahan Zaman Miocene sekitar 25 juta tahun yang lalu, Hidup sejenis kuda yang disebut Merychippus. Seperti nenek moyangnya, Merychippus masih memiliki leher yang agak panjang yang khas. Merychippus memiliki tiga jari pada kaki belakangnya, dan empat jari pada kaki depannya. Kaki Merychippus berkembang menjadi kaki yang panjang, agak berbeda dangan kaki yang dimiliki kuda zaman sekarang.
Penyebab kepunahannya diperkirakan akibat perubahan iklim besar-besaran yang mengakibatkan terjadinya zaman es.

 
Pliohippus

Kemudian sekitar 10 juta tahun yang lalu, semasa jaman Pliocene kuda berkembang menjadi Pliohippus. Leluhur kuda jenis ini mempunyai satu jari atau satu tracak pada tiap kakinya. Pliohippus merupakan hewan monodaktil (hewan bertracak tunggal) sejati yang pertama dalam sejarah evolusi .



Equus caballus 

Akhirnya sekitar 2 juta tahun yang lalu, kuda seperti yang kita kenal sekarang yaitu Equus caballus, muncul sebagai makhluk yang lebih besar. Namun sekitar 8 ribu tahun yang lalu, spesies Equus ini punah di daratan Amerika Serikat dan tidak muncul lagi sampai orang-orang Spanyol membawa kuda masuk ke benua Amerika pada tahun 1400-an.

Jari-jemari pada nenek moyangnya telah berkurang jumlahnya sampai tinggal satu jari di setiap kakinya yang telah dilindungi oleh kuku yang sangat keras dan telah termodifikasi. Struktur kaki kuda zaman  sekarangpun telah beradaptasi bukan hanya untuk hidup di padang rumput tetapi juga untuk berlari dengan cepat. Jenis kaki ini membuat kuda dapat berlari dengan sangat cepat tanpa khawatir akan resiko terkilir.

Evolusi Kuda Menurut Zamannya

Gambar diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat perubahan dan perkembangan yang mengarah pada evolusi bentuk dan fungsi antara lain:

  • Tubuh bertambah besar;
  • Kepala bagian depan semakin panjang;
  • Leher semakin panjang sehingga gerakannya semakin bebas;
  • Perubahan geraham depan dan geraham besar sehingga sangat sesuai untuk makanan yang berupa rumput;
  • Anggota tubuh yang lain semakin bertambah panjang, sehingga sesuai dengan gerakan untuk berlari cepat;
  • Jari kaki mereduksi dari lima menjadi satu, sehingga dapat mendukung gerakan ketika berlari cepat.

Faktor Kuda Berevolusi

Kuda mulai berevolusi, ketika spesies rumput mulai muncul dan berkembang, para equid mulai berganti makanan dari dedaunan menjadi rerumputan, yang berujung pada gigi yang lebih kuat dan lebih awet. Evolusi kuda didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More